riniisparwati.com – Pengertian, contoh dan ciri-ciri berpikir Sinkronik dan Diakronik. Konsep berpikir diakronik serta sinkronik merupakan salah satu konsep berpikir yang banyak digunakan dalam ilmu sosial, terutama belajar sejarah.
Berpikir diakronik dan sinkronik dalam belajar ilmu sosial terutama sejarah sangat penting demi mendapatkan ilmu yang objektif dan mudah dipahami.
Sejarah sendiri merupakan sebuah pengetahuan tentang peristiwa di masa lampau, yang akan membuat kita memiliki sikap nasionalis dan patriotis.
Dengan mempelajari sejarah, terutama sejarah bangsa Indonesia, menggunakan konsep berpikir diakronik dan sinkronik, kita akan tahu betapa berat perjuangan bangsa kita dahulu.
Dengan demikian, kita pun akan merasa memiliki bangsa ini, cinta kepada tanah air, berusaha menjaga keutuhan NKRI, dan berjuang mengisi kemerdekaan di era milenial dengan cara terbaik.
Daftar Isi Artikel
Konsep Berpikir Diakronik
Di dalam pelajaran sejarah, berpikir diakronik merupakan salah satu komponen penting dalam menggali kebenaran sejarah di masa lampau.
Dalam mempelajari konsep berpikir diakronik ini, kita akan erat berkaitan dengan berpikir secara kronologis dan juga periodisasi.
Pengertian
Diakronik merupakan kata yang diambil dari bahasa latin, diachronich, yang terdiri atas dua suku kata: dia dan chronicus.
- dia dalam bahasa latin berarti melalui, melampaui, melintasi.
- chronicus dalam bahasa latin berarti waktu
Jadi, dari struktur kata pembentuknya, diakronik bisa diartikan dengan sesuatu yang melintasi, melampaui, atau melalui batasan-batasan waktu.
Dalam pelajaran sejarah diakronik diartikan sebagai:
Diakronik adalah memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Jadi, dalam berpikir diakronik, konsep berpikir kita akan berhubungan dengan kronologis, periodesasi sehingga terhindar dari pemahaman anakronik.
Berpikir diakronik itu mementingkan proses, urut-urutan terjadinya sesuatu.
Pengertian kronologis
Kronologis berasal dari bahasa latin:
- chronos yang berarti waktu.
- logos yang berarti ilmu atau uraian.
Sehingga bisa disimpulkan, kronologis adalah ilmu atau uraian tentang waktu dalam rangka membantu kita menyusun suatu peristiwa berdasarkan urutan-urutan waktu terjadinya peristiwa tersebut.
Periodisasi
Proses yang terjadi dalam periode-periode itulah yang dinamakan dengan periodisasi.
Dalam berpikir diakronik, periodisasi ini sangat membantu, karena proses berpikir diakronik itu membagi peristiwa ke dalam periode-periode.
Dengan demikian, kejadian pada masa lampau pun dapat diidentifikasi secara menyeluruh.
Contoh periodisasi:
- masa berburu dan meramu.
- masa bercocok tanam.
- masa bercocok tanam tingkat lanjut.
- masa perundagian.
Anakronik
Apa itu anakronik di dalam konsep berpikir sejarah?
Anakronis adalah menempatkan tokoh, objek, peristiwa, atau kebiasaan tidak sesuai dengan urutan waktu terjadinya.
Jadi, penceritaan dan penempatannya ngacak, tidak teratur, sehingga gambaran utuh kurang bisa diidentifikasi.
Ciri-ciri Diakronik
Konsep berpikir kronologis dalam sejarah memiliki berbagai ciri-ciri khusus.
Ciri-ciri konsep berpikir diakronik dalam sejarah sebagai berikut:
- memanjang dalam waktu, menyempit dalam ruang.
- mengkaji dengan berlalunya waktu.
- menekankan pada pengkajian peristiwa sejarahnya sesuai urutan waktu.
- bersifat vertikal.
- terdapat konsep perbandingan
- cakupan kajian lebih luas, jadi kurang fokus pada aspek tertentu.
Contoh Peristiwa Diakronik
Contoh diakronik dalam sejarah Indonesia
Salah satu contoh peristiwa diakronik dalam sejarah adalah Keberadan Demokrasi Liberal di Indonesia dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1959.
- Demokrasi liberal di Indonesia dibentuk pada tahun 1950 setelah pengembalian mandat RIS kepada NKRI.
- Demokrasi liberal sebagai sistem politik menganut sistem multi partai dimana presiden menunjuk seorang warga negara untuk membentuk kabinet lewat persetujuan partai-partai, dan kemudian menjalankan pemerintahan yang bertanggung jawab kepada parlemen.
- Jika seorang perdana menteri kehilangan dukungannya di parlemen akibat suatu peristiwa, maka perdana menteri mengembalikan mandatnya kepada presiden dan presiden berkewajiban menunjuk kembali seorang warga negara untuk membentuk kabinet yang baru.
- Karena persaingan yang terjadi antara partai politik, akibatnya pada masa demokrasi liberal terjadi jatuh bangun kabinet yang melahirkan ketidakstabilan politik.
- Dalam catatan sejarah, antara tahun 1950-1959 terjadi tujuh kali pergantian kabinet, yaitu;
- Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951),
- Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952),
- Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953),
- Kabinet Ali Sastroamidjojo (31 Juli 1953-12 Agustus 1955),
- Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956),
- Kabinet Ali II (20 Maret 1956-4 Maret 1957), dan
- Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959).
Dalam menguraikan Demokrasi Liberal di atas, dapat kita rekonstruksi dengan berpikir diakronis yaitu dengan memanjangkan waktu terjadinya Demokrasi Liberal yaitu sejak 1950 hingga dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959.
Contoh diakronik dalam kehidupan sehari hari
Misalkan anda mau bercerita tentang kehidupan sekolah anda di SMA, dari tahun 2016-2019.
Anda bisa bercerita secara diakronik:
- Bulan Juli 2016, saya diterima di SMA ABC dengan perjualan berat, karena harus bersaing dengan siswa-siswa lain yang nilai UNnya bagus-bagus.
- Saya masuk kelas X A.
- Juli 2017, saya masuk ke kelas baru dengan teman baru, di kelas XI C.
- Wali kelas juga ganti.
- dan seterusnya.
Demikian tadi pembahasan pengertian diakronik dan contohnya.
Konsep Berpikir Sinkronik
Apa yang anda ketahui tentang sinkronik?
Yuk simak pembahasannya berikut ini:
Pengertian
Sinkronik berasal dari bahasa latin:
- syn yang dalam bahasa latin berarti dengan.
- chronos yang artinya waktu.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian sinkronis adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa.
Jadi, pembahasannya adalah kejadian tertentu di masa tertentu.
Dalam pelajaran sejarah, sinkronik biasa diartikan sebagai meluas dalam ruang tapi terbatas dalam waktu.
Berpikir secara sinkronik ini lebih menekankan pada struktur, yang berarti meluas dalam ruang.
Ciri ciri sinkronik
- Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
- Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
- Bersifat horizontal
- Tidak ada konsep perbandingan
- Cakupan kajian lebih sempit
- Kajiannya sangat sistematis
- Sifat kajian lebih serius dan mendalam
Contoh sinkronik dalam sejarah
Contohnya di dalam membahas peristiwat hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, kita menguraikan berbagai aspek yang terjadi di sana.
Bisa dari aspek:
- sosial
- ekonomi
- politik
- hubungan internasional
Waktunya terbatas, hanya di tanggal tersebut.
Tapi ruangnya meluas, banyak hal yang dibahas tentang peristiwa di tanggal tersebut dari berbagai aspek kehidupan.
Contoh sinkronik dalam kehidupan sehari hari
Contohnya, menceritakan hari pertama kali masuk SMA.
Tanggal 12 Juli 2016 adalah hari pertama kali saya masuk SMA. Saya bangun pagi sekali waktu itu, karena hari pertama masuk sekolah ada kegiatan MOS, atau masa orientasi siswa.
Siswa baru masih memakai baju SMP, karena baju seragam SMA belum dibagikan.
Seluruh siswa disuruh masuk jam 06.30 pagi, untuk mengikuti apel pagi di lapangan sekolah.
Dan seterusnya, silakan dilanjutkan.
Jadi hanya menceritakan peristiwa secara detail dari berbagai aspek di waktu tertentu.
Kesimpulan
- Diakronis adalah memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu.
- Berpikir sejarah secara sinkronis yaitu meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronis biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial.
- Perbedaan sinkronik dan diakronik: penekanan pembahasannya. Sinkronik menekankan menekankan pada struktur, sedangkan diakronik menekankan pada proses.
Demikian pembahasan Sinkronik dan Diakronik: Pengertian, Contoh dan Ciri-cirinya. Baca juga: 5 Peran Generasi Muda bagi Indonesia.